Rabu, 28 Januari 2015

RABUku: Kisah-kisah Hewan yang Disebut dalam Al Quran


Selain para nabi dan Rasul, hewan-hewan juga banyak disebut dalam al-Quran, bahkan di antaranya menjadi judul surah. Walau perannya tidak selalu signifikan, seperti misalnya ikan Nun atau burung Hud-hud, tetapi tidak menjadikan hewan kurang penting dalam ajaran agama. Ada banyak kisah yang mengambil latar belakang para hewan ini dalam menerapkan ajaran Islam.
Buku ini masih kategori nilai 6. Ok, tapi bisa lebih baik. Walau dikemas dalam dwibahasa Indonesia dan Inggris, konten bahasa Inggrisnya kok ya rasa Indonesia, gitu? Agak gimana gitu, ketika membacakan untuk anak. Buku ini termasuk yang menganut paham tidak menggambar nabi manapun, jadi ya kebanyakan ilustrasinya adalah pemandangan. Pada akhir cerita terdapat daftar kosa kata khusus Indonesia-Inggris dan Kotak Pertanyaan. Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan masih sulit dimengerti oleh balita, berbeda dengan serial Thomas, walau jumlah penceritaannya lebih sedikit.
Tapiii walau saya merasa isinya agak membosankan karena tidak ada variasi kalimat atau penyebutan subjek, anak-anak malah suka. Mungkin karena binatang kali yaaa. ... Ya sudahlah, mungkin sudut pandangnya berbeda. Dan siapa tahu misi si penerbit menjadikan buku ini sebagai Character Education for Young Learners, tercapai.
Lagi-lagi untuk buku anak, saya sangat suka memerhatikan perihal penjilidan. Nah, ini salah satu yang saya suka dari buku ini. Walau hanya terdiri kurang dari 30 halaman, tapi serial softcover ini menggunakan jilid lem, jadi tidak mudah bredel.



foto diambil dari www.gadingmedia.com
  1. Kambing Menjadi Korban (The Lamb Offered in Sacrifice)
    Penerbit: Little Khalifa,  PT. Penerbitan Pelangi Indonesia
    Hlm: 16
    Harga: Rp25000,-
    Inilah kisah legendaris yang selalu diceritakan dalam perayaan Idul Adha. Kisah Nabi Ibrahim yang harus menyembelih anaknya, Ismail. Padahal saat perintah itu turun Nabi Ibrahim baru saja bertemu lagi dengan Ismail setelah bertahun-tahun yang lalu Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan Ismail yang masih bayi di sebuah tanah gersang yang kemudian dinamakan Mekah.
  2. Kambing Betina (The Female Goat)
    Penerbit: Little Khalifa, PT. Penerbitan Pelangi Indonesia
    Hlm: 16
    Harga: Rp25000,-
    Pada zaman pemerintahan Nabi Daud as., terdapat banyak peternak kambing. Tidak jarang Nabi Daud as harus menyelesaikan perselisihan di antara para peternak kambing ini. Suatu hari, dua malaikat menyamar menjadi peternak kambing yang bertengkar dan datang ke istana. Bagaimana Nabi Daud as. menyelesaikan masalah ini? Apakah beliau mampu melewati ujian Allah lewat para malaikatnya?
    Judul-judul Serial Ini Lainnya
    Hud-hud dan Nabi Sulaiman as.
    Semut yang Bisa Bicara
    Katak dengan Raja Firaun
    Keajaiban Burung Tanah Liat
    Kuda Nabi Sulaiman as.
    Keledai Nabi Uzair as.
    Unta dan Kambing menjadi Korban
    Pasukan Tentara Allah Swt
    Burung-burung dan Nabi Daud
    #indonesianmoslemreadingchallenge
    @tokomuslimkoe

RABUku: Beraktivitas Bersama Sahabat Rasulullah SAW


Biasanya buku aktvitas bertema agama dikemas dalam bentuk majalah. Hal yang memiliki kerugian terutama dalam segi daya tahan. Majalah-majalah aktivitas anak biasanya akan cepat bredel hanya dalam hitungan jam. Apalagi jika bicara batita dan balita.

Awalnya saya membeli Teka-teki Sahabat Rasulullah karena mengira isinya akan bercerita tentang tebak-tebakan yang dilakukan oleh para sahabat. Mungkin sejenis cerita Abu Nawas. Ternyata, ini adalah buku aktivitas yang tidak melibatkan aksi mewarnai, menggunting, dan menempel. Misalnya, mencari kantung uang yang digunakan Abu Bakar untuk menebus Bilal bin Rabah atau mencari orang yang bersembunyi di pasar karena takut dengan Umar bin Khattab, dll. Jadi tidak melibatkan pena atau pensil pun tidak masalah. Buku tetap bersih dan penjilidannya cukup kuat karena menggunakan kertas glossy per halamannya.  Ceritanya sendiri menurut saya cukup easy reading mengingat orang yang saya bacakan masih balita. Easy reading-nya karena tidak berkutat dengan tahun dan nama walau terkait dengan sejarah. Selain itu, kontennya aman anak-anak, jadi walaupun mengeluarkan serial tentang Bilal, tidak ada tuh pose legendaris alias yang ditiban dengan batu besar. Cocoklah untuk pengenalan awal pada anak-anak. Tentu saja saya beli dua, karena bocahnya ada dua hehehe.





  1. Teka-teki Umar bin Khattab
    Penulis: Nelfi Syafrina
    Hlm: 24
    Penerbit: Tiga Ananda
    Harga: Rp25000,-
    Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Rasulullah wafat. Dia sangat tegas dan berani. Dia memimpin umat Islam dengan adil. Bahkan, dia tak segan menghukum bawahannya jika ketahuan menzalimi rakyatnya.
  2. Teka-tekai Bilal bin Rabah
    Penulis: Nelfi Syafrina
    Hlm: 24
    Penerbit: Tiga Ananda
    Harga: Rp25000,-
    Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat yang disayangi Rasulullah SAW. Rasulullah memberikan kehormatan kepada Bilal untuk menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam. Tidak mudah bagi Bilal untuk beribadah kepada Allah karena dia seorang budak dari majika kejam bernama Umayah.
    Judul-judul Serial Teka Teki lainnya:
    Abu Dzar al-Ghifary
    Abdurrahman bin Auf
    Saad bin Abi Waqqash
    Shalahuddin al-Ayubi

/Catatan: foto diambil dari www.gramediaonline.com dan www.smartmomways.com
#Indonesiamoslemreadingchallenge

@tokomuslimkoe

Kamis, 22 Januari 2015

KAMYStory: 10 Kado Bayi yang Paling Diinginkan


Seringkali saat hendak memberi kado untuk kelahiran anak ketiga dari keluarga atau teman, saya bingung, mau dikasih apa ya? Adalah umum diketahui bahwa kebanyakan orang lebih suka menyimpan perlengkapan bayinya bahkan hingga bertahun-tahun. Dengan cita-cita untuk dilungsurkan. Jadi ya saya bingunglah mau kasih apa. Tapi tenang, hal itu tidak berlaku untuk saya. Oleh karena tinggal di rumah yang ‘gede’ banget ini, saya mudah saja melungsurkan perlengkapan bayi sesegera mungkin. Orang-orang tua sering bilang tiap anak itu ada rezekinya, jadi ga usah takut tidak bisa kasih makan. Nah, kalau saya mengartikannya, jadi kenapa harus pusing soal baju?

 

Eh tapi dari sekian banyak perlengkapan bayi (yang jumlahnya kian menurun setiap kelahiran anak), ada tujuh yang benar-benar saya inginkan tapi malas mewujudkannya sendiri. Tenang, ini hanya bercanda, tapi beneran deh hamil anak ketiga inginnya yang realistis saja.

 

  1. Rumah landed di tengah kota dan memiliki minimal tiga kamar. Kalau teman-teman bertanya, “lo mau apa?” “lo perlu apa?” “Apa yang belum lo punya?” Saya lebih suka menjawabnya, saya mau rumah landed di tengah kota dan memiliki minimal tiga kamar. Hehehe ... maklumlah, saya sebenarnya ga kebayang juga membesarkan tiga bocah tengil di ruang terbatas seperti ini. Jadi demi meringankan beban suami, mungkin ada yang berminat patungan membelikan saya rumah?
  2. Biaya gratis persalinan dalam berbagai penindakan di RS Tambak. Anak ketiga biasanya tidak ditanggung lagi oleh perusahaan tempat suami bekerja, jadi yaaa ... Pakai BPJS? Bisa. Tapi RS yang ada dokter Botefilianya jauh, di RS Persahabatan. Beuuuh ...
  3. Paket pijat pascamelahirkan. Sejak lahir anak pertama ga pernah ngerasain dipijat. Badan rasanya rontok tak berkesudahan. Ada yang mau jadi sponsor?
  4. Stok pospak selama dua tahun. Baru saja saya menghapus popok dari daftar belanja dengan bangga eh ketemu tongkat bergaris dua lagi. Walau saya pengguna clodi, tapi kalau malam hari biasanya masih pakai pospak. Dan itu lumayan pengeluarannya. Ga banyak, hanya dua bungkus besar pospak berbagai ukuran per bulan selama dua tahun. Ada yang punya vouchernya ga ya?
  5. Selusin clodi. Ngomongin clodi jadi ingat deh, clodi yang saya punya sudah kadarluarsa alias sudah dipakai lebih dari dua tahun. Jadi yah, kudu beli baru. Ga banyak, selusin saja cukup kok, tapi insertnya dua lusin yaaa ... (halah)
  6. Baby wrap. Hanaroo baby wrapku sudah dipakai untuk dua anak, jadi yah sudah melar. Ada yang berminat membelikan yang baru untuk saya? Lebih cocok pakai itu ketimbang baby carrier lain. Hihihiy ...
  7. Paket sabun dan shampo plus deterjen bayi. Nah, ini nih ... deterjen bayi paling ga sampai 6 bulan pertama, sabun dan shampoo? Timeless. Makin banyak makin baik. Ga perlu make up bayi lainnya kooook.
  8. Akun rekening pendidikan. Jadi ingat kuis pelajar zaman dulu, pasti hadiahnya Tabanas. Ada ga yang mau hadiahin akun rekening pendidikan buat anak ketiga ini? Tapi diisiin yaaa ...
  9. Gratis suplai dan antar sayuran jadi selama satu tahun. Jujur, saya ini malas masak sayur, sedangkan untuk menyusui harus sering makan sayur. Nah, kan enak kalau ada yang sediain plus diantar ke Kalibata hehehehe ....
  10. Lupakan daftar di atas. Yang lebih penting doa dan dukungannya. Semoga saya bisa jadi ibu yang lebih baik dan bahagia. Demi anak-anak yang sehat, cerdas, dan juga bahagia dunia akhirat.

 

Rabu, 21 Januari 2015

RABUku: JIP dan JANEKE (Annie M. G. Schmidt)


Suatu hari kunjungan saya ke toko buku di mal sebelah seolah melemparkan saya ke masa lalu. Itulah saat saya melihat deretan serial JIP dan JANEKE versi Bahasa Indonesia! Yeay! Saking semangatnya, saya ambil seri pertama sebagai hadiah untuk salah satu keponakan. Sekadar menunjukkan ini loh buku anak bermutu sepanjang masa. Hehehehe, saya memang suka serial ini, jauh sebelum buku ini menjadi tugas ‘lezen’ alias membaca saat kuliah di Program Studi Belanda, FIB UI. Pada awal-awal ketibaan saya dan keluarga ke Jakarta, mama sempat rutin membawa kami ke sebuah lorong ajaib berisi buku-buku menjulang tinggi ke atap alias perpustakaan di Erasmus Huis. Mungkin karena kakak-kakak saya masih menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa utamanya. Saya ingat melihat salah satu buku JIP dan JANEKE walau tidak mengerti bahasanya (dan karena memang belum bisa baca juga). Baru benar-benar bacanya ya waktu jadi mahasiswa, sekitar 18 tahun kemudian?
 
Maka semangatlah saya melakukan jadwal kunjungan berikutnya ke toko buku. Kali ini membawa bujet khusus untuk serial yang seharga Rp37500,- itu. Maklum, saya lihat sudah ada setidaknya 4 seri yang terpajang di rak paling bawah itu. Sedih rasanya ketika mengetahui saya kehilangan seri pertamanya. Ya sudslah, ambil saja yang kedua dulu. Dan begitu membelinya, saya merasa tengah mendapatkan alasan kembali untuk mengoleksi buku-buku anak keren. Gimana ga keren, JIP dan JANEKE diklaim sebagai salah satu literasi klasik sepanjang zaman dan sudah diterbitkan dalam 14 bahasa dunia. Ga usah dihitung berapa eksemplar yang sudah terjual hehehe.
 
Lama buku itu tersimpan berbungkus plastik. Berbulan-bulan. Karena saya klaim sebagai milik saya, bukan anak-anak. Ketika dibuka pun, saya tidak serta merta menawarkan pada anak-anak. Malika sendiri yang minta karena melihat ternyata itu buku anak-anak. Ilustrasinya lucu karena menggambarkan JIP dan JANEKE berkulit (bahkan berambut) hitam sepenuhnya. Tentu ini bukan terkait ras tertentu, hanya bagian dari seni menggambar.
 
JIP dan JANEKE adalah sahabat yang juga bertetangga. Mereka saling mengunjungi satu sama lain. Dan ketika bermain, mereka bisa disebut partner in crime karena permainannya ga pernah benar-benar sesuai kaidah. Hmm it reminds me of two little kids at home. Tak jarang, ulah mereka itu tidak hanya membuat para ibu melotot tapi juga membuat Jip dan Janeke kena batunya.
 
Seperti ketika Jip bosan menemani Janeke bermain manik-manik, padahal dia ingin bermain lari-lari. Akhirnya manik-manik milik Janeke dia masukkan ke sepatu ayahnya, ke panci nasi, ke botol selai, dan terakhir, ke dalam hidungnya. Barulah saat itu dia panik, untunglah ibu selalu mendengar teriakan tolong Jip dan kemudian mengeluarkan manik-manik dari dalamnya.
 
Ada 40 cerita dalam setiap serinya. Kelucuan mereka sebenarnya tergolong dalam batas aman. Jadi tidak mendorong anak-anak dalam fantasi yang terlalu liar bin heboh, yang walau di akhir cerita ditampilkan kesialannya tetapi faktor ‘fun’nya lebih mendominasi.
 
Namun sayang, cerita ini jadi kurang menarik ketika saya membacakannya untuk Malika. Berulang kali saya berharap menggunakan kalimat saya sendiri. Oh my God terjemahannya. Betul sih, saya bisa membayangkan bahasa Belandanya, tapi ga pas di tata bahasa Indonesia. Padahal bisa dibuat lebih luwes. Kayanya proses penerbitannya tidak melibatkan editor deh, dari penerjemah langsung. Atau jangan-jangan ini hasil terjemah JIP dan JANEKE versi jadul yang masih berjudul TINI dan TONO? Entahlah. Saya curiga karena penerjemahnya menggunakan kata ‘saya’ di percakapan anak-anak itu. Sebuah tren masa dulu. Saya ingat ibu saya lebih menilai sopan untuk sebutan ‘saya’ ketimbang ‘aku’ dari ucapan cucu-cucunya.  Jangan-jangan itulah alasan serial tersebut menempati rak terbawah? Aih, sayang sekali.
 
Ah, saya jadi rindu fotokopian JIP en JANEKE yang ada di rumah mama.
 
Fotodiambil dari www.goodreads.com

Selasa, 20 Januari 2015

Tema Harian Saya


Jelang tahun baru saya mendapat semacam inspirasi dari salah satu Emak keren di komunitas KEB, yaitu mencanangkan tema harian di blognya. Saya memang sempat terpikir untuk membuat blog saya ini lebih terjadwal dan terstruktur dan tema harian ini rupanya jawabannya. Awal membaca postingan Emak Maureen, saya sempat tidak percaya diri, “serius nih, mau tiap hari tulis blog sesuai tema?” Eh ternyata tema harian itu tidak selalu bermakna, setiap hari harus nulis. Emak Maureen sendiri hanya mengusung tiga hari dalam satu minggu. Salah satu alasannya adalah agar hari lain bisa digunakan untuk tema-tema lain yang tidak berhubungan dengan tema harian reguler. Kalau saya, itulah alasan saya bisa libur dari kegiatan blog. Soalnya ga selalu bisa bangun dini hari sih. Hehehe ....

 

Jadi, setelah beberapa hari posting dengan tema, barulah saya menjelaskan arti-arti singkatan di awal judul.

 

RABUku: Mari memulai hari dengan buku di hari Rabu. Saya lahir di hari Rabu, jadi yah Rabu itu lebih istimewa dari hari lain. Dan senang rasanya ketika kata ‘Rabu’ bisa bersanding bunyi dengan satu tema lain yang saya sukai, buku. Jadilah RABUku.  Isinya tentang buku tentu saja. Review buku yang saya beli sendiri (yang beberapa tahun belakangan didominasi dengan buku-buku anak untuk anak-soalnya amynya juga suka buku anak) dan hasil READIE project alias buku hasil editan saya. Mudah-mudahan bisa setiap minggu-soalnya banyak buku yang numpuk tapi belum pernah direview hehehe ...  yah kali aja sejak itu bisa tiap minggu dapat buku baru #modus

 

KAMYstory: mayoritas dari isi blog saya adalah tentang saya sendiri. Saya sebagai ibu dua bocah dan saya sebagai individu. Dulu saya bedakan judul antara MY story dengan AMY’s Story, sekarang sama saja, judulnya saya. Jadi deh KAMYstory (my story di hari Kamis).

 

JJS: secara singkatan yang ini agak berbeda dengan singkatan tema lainnya. Ini agak mentok hehehe. Awalnya mikir karena hari Jumat mungkin ada baiknya saya bicara soal agama, menyebarkan satu ayat. Tapi kok ya ga pede, ya? Saya kan masih pelajar. Jadi saya gunakan momen ini untuk membuat review tempat yang bisa dikunjungi saat akhir pekan. Entah itu tempat makan, tempat bermain, atau bahkan tempat kawinan. Yah, namanya juga Jumat Jelang Sabtu. Biasanya orang-orang sering searching lokasi menarik. Hope I could help J

 

HOMYnggu: Sabtu istirahat dulu yeee ... Balik lagi di hari Minggu. Kenapa homy? Apakah sama saja dengan my story. Well more or less sih. Ini untuk menunjukkan bahwa saya penghuni Kalibata City sejati hahaha .... Isinya lebih banyak terinspirasi dari berkehidupan di Kalibata City, jadi bisa tentang tempat makan baru, apa yang lagi ngetren, kegiatan menarik di hari tertentu, review sekolah di area ini, dan bahkan bisa ngomongin resep di dapur saya. Pokoknya terkait review dan tips di seputaran Kalibata City. Penting ga sih? Penting dong. Mengingat semakin banyak saja hunian vertikal, jadi siapa tahu kita bisa saling berbagi.

 

Nah, segitu dulu saja deh. Ga sanggup banyak-banyak. Ini juga ngerjainnya nyicil hihihihiy ... Hope you like it.

 

 

Minggu, 18 Januari 2015

HOMYnggu: Mencoba Jasa Housekeeping



Di Kalibata City selain laundry, service AC, dan air juga gas, yang pasti digunakan setidaknya salah satunya oleh penghuni, penyedia jasa lainnya yang eksis adalah housekeeping. Sudah lama saya penasaran dengan apa yang bisa diberikan oleh jasa housekeeping. Housekeeping itu sendiri adalah jasa bersih-bersih rumah. Banyak digunakan bagi para pemberi sewa unit yang ingin mendandani unitnya sebelum ditunjukkan pada calon penyewa atau ketika si penyewa baru saja pergi.

 

Rasa penasaran akan housekeeping ini meningkat ketika trimester pertama saya. Rumah berantakan from top to bottom adalah alasannya, hanya saja saya ragu, housekeeping itu termasuk cuci piring n nyetrika ga ya?

 

Akhirnya kesampaian juga panggil housekeeping. Pasalnya, dalam rangka atur kamar anak-anak, kami pasang exhaust. Nah, bagian belakang exhaust itu persis di atas lemari pakaian yang nyaris kena langit-langit. Ceritanya mau sekalian bersihkan debu-debu yang ngendon di atas lemari sejak bertahun-tahun lalu itu. Maklum, kami tidak punya tangga. Mau ditaruh di mana juga.

 

Datanglah dua pekerja housekeeping itu sesuai dengan jadwal yang dijanjikan. Beda kali ya dengan housekeeping Amerika, yang pekerjanya malah mayoritas perempuan. Biasanya orang latin. Sedangkan di Indonesia malah cowo-cowok,

 

Hasil kerjanya? Hmm ... saya jadi teringat dengan salah satu pegawai hotel saat ke Malaysia. Rupanya dia lulusan SMK di daerah dekat rumahku di Tebet. Jurusan perhotelan. Nah si om housekeeping ini kayanya bukan jurusan perhotelan dan belum mendapat brief lengkap soal jobdesk housekeeping. Akhirnya hasilnya lebih mirip ketika kami meminta seseorang merapikan kamar horel. I must say, lebih rapi yang kerja di horel.

 

Okelah ternyata dua orang itu available untuk cuci piring dan cuci balkon. Balkon kami kecil dan ada mesin cucinya, jadi endapan mesin cuci suka menimbulkan lumut hanya saja rada rumit membersihkannya.  Selain membersihkan debu di atas lemari dengan penyedot debu, mereka juga menyikat kamar mandi, merapikan tempat tidur (kalau perlu ganti sprei), sapu, pel, dan lap-lap debu.

 

Nah untuk tiga tugas terakhir pun belum sekeren para seksi maid di film Devious Maid. Mereka datang dengan dua ember dorong untuk mengepel dan satu vacuum cleaner. Sedangkan di Devious Maid mereka datang  membaw a sekeranjang pembersih dan sarung tangan untuk membersihkan rumah-rumah orang kaya yang gedenya minta ampun. Bahkan pasien di Royal Pains membuka usaha housekeeping dengan pembersih alami buatan sendiri. Atau kaya direaliti shownya Nick Carter n Jessica Simpson, dalam satu hari si housekeeper bisa mencuci plus menyetrika baju Jessica yang dia buang begitu saja di ruang tengah selama seminggu atau sebulan gitu? Yah, sudah sampai ke sanalah mereka. Kita belum. Makanya ada spot yang tersisa seperti area exhaust kompor. Masih berminyak.

 

Overall yah lumayanlah kalau untuk bersihkan rumah kosong. Mungkin bingung juga mereka menata rumah saya yang penuh itu. Hanya saja catatan untuk para pebisnis di sana, kayanya perlu deh edukasi bersihin rumah yang betul, ga pakai banyak biaya kok. Ga perlu naikin biaya dari Rp60000,- juga bisa. Buktinya saya setiap hari juga ga digaji hehehehe ....

HOMYnggu: Merindukan Pasar Kaget




Hari Minggu begini biasanya kami sekeluarga tidak ada jadwal jalan-jalan. Istirahat di rumah saja alias malas-malasan. Namun, seandainya di hari Sabtu kami pun sudah tidak ke mana-mana, kami sedikit mengganti acara makan pagi. Biasanya ketika suami ngopi (sekalian ‘ngasap’) di bawah, anak-anak ikut dan kami akan main lebih lama dari hari biasa. Berganti-ganti tower, mencoba berbagai jenis playset berbeda, hingga pukul 10. Nah, kalau hal ini sudah dilakukan di hari Sabtu, berarti hari Minggu adalah saatnya ke ... Pasar Kaget.


Pasar kaget Kalibata mengambil jalan mulai dari persis belokan ke arah STEKPI (sekarang namanya Universitas Trilogi) dan meneruskan cabang jalan mengelilingi komplek DPR. Pasar kaget ini semakin ramai penjual dan pembeli terutama disebabkan dengan populasi Kalibata City memang besar. Banyak yang mengajak keluarga sarapan pagi sambil jalan pagi bersama keluarga ke sana. Memang lebih enak ke sana pagi-pagi karena pasar kaget sudah kosong dan bersih ketika jam menunjukkan pukul 3 sore dan karena belum terlalu padat pengunjung—biasanya mereka makan dulu baru lihat-lihat. Namun, beberapa minggu lalu, setelah saya mengendap-endap keluar unit mumpung anak-anak masih tidur hendak menuju pasar kaget, kagetlah saya. It’s gone! Bahkan tenda-tendanya pun tak ada. Apakah karena hari itu hujan? Ah, tapi kan biasanya tenda sudah dibangun pada malam minggu.


Dengan kecewa tak membawa satu kresek plastik pun, saya tanya ke teman sekaligus tetangga. Oh rupanya sudah beberapa minggu pasar kaget tidak beroperasi bahkan lokasinya dijaga oleh Satpol PP. Kenapa oh kenapa?



Walau saya termasuk orang yang taat aturan, tapi saya kehilangan pasar kaget. Pasalnya di sana menyediakan barang-barang murah. Yah ibarat ITC pindah lah. Soalnya PGC saja masih lebih mahal daripada ITC Kuningan. Dan masih banyak barang-barang pasar. Di sini memang dekat pasar, tapi jalan ke sananya horor, ituloh motornya seliweran ga jelas. Kalau di pasar kaget kan agak steril. Dibilang agak karena suka ada saja motor (teteup ya motor) nyelip-nyelip lewat situ. Entah pedagang entah penghuni di belakang komplek DPR. Mau fashion murah meriah, ada. Kapan lagi bisa beli celana main anak-anakseharga Rp5000,-? Atau frame ala minimalis Rp10000,-? Atau Rp8000,- bisa pilih dua jenis mainan. Mau yang second juga ada. Biasanya yang bermerk. Atau bisa nemu mahasiswa buka koper sambil jualin bajunya. Hery saja, yang minimal beli baju kudu di distro, malah nyari kemeja kerja di sana. Ketemu lagi. Sedangkan untuk baju anak-anak update bingit, malah jadi susah kalau sedang mencari kaos bergambar karakter yang sedang tidak populer. Semisal, demam angry bird, di mana-mana gambar burung. Beberapa bulan kemudian berganti demam minion, pasar kaget tetiba cerah. Kuning semua, bo! Atau ketika booming Hello Kitty, pinky poll deh! Kaya sekarang nih, frozen aja lagi, susah mau cari baju cowo jadinya. Padahal nunggu tema Big Hero 6 ada kek yang nongol.


Pasar kaget sendiri sempat happening banget tahun lalu. Ketika bulan ramadhan, pasar kaget tidak hanya buka sejak minggu pagi, melainkan sejak Sabtu sore hingga Minggu sore. Sayangnya saya baru tahu beberapa hari menjelang lebaran, hahaha .... godaannya ....


Bukan hanya fashion murah dan jajanan, pasar kaget juga menyediakan hiburan lain. Ada arena bermain kecil-kecilan, mandi bola dan kereta rute mini alias muter-muter doang juga ada. Penjual ikan saja mampu menyedot kerumunan anak-anak karena mereka bisa ambil sendiri ikannya dengan tongkat jala di kolam karet ukuran kecil. Binatang juga dijual di sana, tapi saya malah ga tega lihat anak ayam dan keong diwarna-warniin. Kalau sudah sumpek di dalam pasar kaget tapi masih ingin main, nah naik delman gih. Ada yang mangkal di sana. But again, enak pagi, kalau sudah siang kasihan kudanya jadi ikutan ngantri macet.


Macet? Oh iya. Tapi bukan macet karena orang jualan di pinggir jalan, karena area jalanan protokol bersih. Hanya saja saking banyaknya yang datang, jadi ya mobil harus melambatkan laju untuk penyeberang jalan (Cuma di satu spot juga bisa nyebrangnya) dan angkot yang sengaja lelet buat ambil penumpang. Parkiran? Awalnya motor banyak diparkir di pinggir jalan, tetapi kemudian ditertibkan akhirnya semua motor harus parkir di area kosong di samping kali. Masih macet juga. Padahal ga banyak mobil parkir loh. Seperti yang saya bilang sebelumnya, pasar kaget mungkin banyak dikunjungi penghuni Kalibata City dan sekitarnya, jadi ga perlu mobil, tinggal jalan kaki (atau naik motor).


Ah, saya harap pasar kaget dibuka lagi.  Soalnya lagi menata ulang kamar anak. Mau beli walldeco stiker yang Cuma rp15000,- an itu (emang sih di pasar gembrong ada, tapi ke sana kan pakai ongkos, cuy) sama sprei anak-anak yang gambarnya lebih cepat updatenya ketimbang toko online. Hmmm ... kira-kira hari sudah buka belum, ya?


#kangen

Jumat, 16 Januari 2015

JJS: Ke TMII Saat Akhir Pekan? Jangan deeeh ....

Saat hamil di trimester pertama, saya suka jalan-jalan karena itu artinya bebas tugas dari masak dan tidak ada bau-bau dapur. Makanya saya jadi rajin lobi suami buat pergi ke tujuan yang saya mau. Selera kami berbeda, biasanya suami malas ke tempat yang ramai saat akhir pekan, tapi saya juga ga mampu bawa dua bocah sendirian jalan-jalan ke TMII segede gaban di hari kerja. Toh, tumben lobi saya berhasil.

Hari sudah siang. Naik taksi, saya sudah berpikir untuk pergi ke Istana Air Tawar. Malika saat itu sedang suka hewan-hewan laut, tapi karena Seaworld lagi sengketa, ga bisa ke sana deh kita. Maka, ke Istana Air Tawarlah kami hendak pergi. Masuk TMII, kami disambut poster super gede bertuliskan Wisata Spiritual. Hari itu tepat dengan malam 1 Sura. Melihat jadwal acaranya mungkin lebih tepat disebut Wisata Klenik. Bersandingan dengan itu ada poster acara aktor-aktor India Cari Cewe Indonesia. No comment lah saya.

Taksi tidak perlu bayar tapi ternyata mobil itu hanya diperbolehkan jalan hingga sekitar tugu. Selebihnya? Ya, silahkan atur sendiri. Begitu turun, kami langsung dihampiri seseorang. Rupanya penjaja motor sewaan. Silahkan sewa motor matic seharga Rp50000,- per jam untuk keliling TMII. Kami pikir, wah asyik juga, walau si ayah entah sudah berapa puluh tahun ga pegang motor sendiri, boro-boro kenal matic. Jadilah suami latihan dulu, maklum sekaligus bonceng dua bocah plus ibu hamil. Setelah titip KTP, kami pun melaju dan diberi bekal peta TMII. Malika dan Safir yang paling senang lihat ayahnya memboceng kami semua. Etapi, jeng jeng, jalanan muacete poooooll! Teknik membawa motor jadi diuji di sini, apalagi kami lapar. Dan tiga dari kami kalau lapar itu nyebelin hahahaha ... Awalnya kami mau ke tempat yang direkomen si tu tukang sewa motor eh tapi dengan kemacetan seperti ini? Entah kapan bisa tiba di tujuan. Jadi kami pun memarkirkan motor di seberang anjungan-anjungan Sumatra. Sekadar mengganjal makanan untuk anak-anak, itu pun ngantri. Dan untuk bermacet-macet ria di jarak yang dekat ditambah makan, sudah terlewat 1,5 jam. Wow, Rp50000,- flied so fast!

TIPS 1: Cari makan dulu. Baru sewa motor. Banyak kok motornya. Ga usah takut kehabisan. Itu memang kerjasama dengan pihak TMII-nya.

Saat makan kami memantapkan tujuan. Kayanya yang paling dekat adalah Istana Anak. Baru setelah itu ke Istana Air Tawar. Dan sesuai dengan permainan kesukaan Malika, bertualang, kami naik motor sambil membuka peta. Apalagi itu motor lebih sering diseret ketimbang dilaju hehehe ....

Sampai juga di Istana Anak. Lokasi tempat foto prewed-nya Uya Kuya ini sempat berjaya di masanya. Saya rasanya belum pernah ke sana. Dengan harga tiket Rp10000,- per orang kami pun masuk. Istana Anak memiliki pelataran yang cukup luas. Di sebelah kanan ada semacam terowongan berbentuk barong dengan ukiran batu bergambar dinosaurus yang kemudian akan terhubung dengan  terowongan besi-besi. Di sebelah kiri ada arena bermain. Di depan pintu istana sudah berdiri badut-badut untuk keperluan foto. Sayangnya, jenis badutnya ga update. Masih kalah dengan yang banyak berkeliaran di Monas.


Ternyata untuk masuk ke dalam istana bukan lewat tengah tapi dari belakang. Jadi kami menembus istana untuk melihat sebagian dari air terjun di kolam renang dan ruang terbuka. Setelah naik tangga, kami ketemu lagi open space di bagian atap. Saya pikir ini istana bisa dimasuki, mungkin sejenis museum lucu-lucu. Cerita tentang princess-princess dari seluruh dunia kek atau para dewi-dewi ala Indonesia. Jadi ga bangunan kopong macam rumah contoh.


Setelah foto-foto, Malika sudah ga sabar ingin ke arena bermain. Sebenarnya sih ya, saya rada malas ke arena bermain itu. Untuk permainan standar macam ayunan, jungkat jungkit, atau panjat-panjatan sih memang tidak bayar, tapi masak jauh-jauh ke TMII buat main beginian saja? Kami tawarkan coba naik kereta Kelinci. Yah lebih murah dari naik kereta di mal tentu saja, hanya Rp10000,- per orang. Suami ga ikutan naik, biar dia jadi juru potret aja. Saya, Malika, dan Safir yang naik. Ga harus menunggu lama sih. Rutenya? Hmmm ada yang aneh dengan rutenya. Tetep ya bawaannya mau kritik. I mean, ga interaktif sama sekali. Okelah melihat pemandangan, tapi masalahnya kebanyakan pemandangan adalah bagian belakang bangunan, jadi rasanya gimanaaa gitu. Anjungan utuh yang dilewati paling juga Timor Timur itu pun sudah prihatin karena bukan bagian dari Indonesia lagi. Lalu ada semacam terowongan kereta dari tanah yang tidak terpakai. Lalu, hanya ada lagu anak-anak yang membahana, pake tour guide kek. Tapi mau jelasin apa ya? Asal usul kloset yang sudah tidak dipakai lagi di gedung sebelah sana itu? Ah, padahal rutenya lumayan panjang.

Bicara soal kloset, ya ampyuun klosetnya tini mini biti banget yak. Emang sih istana anak-anak tapi kalo urusan ke kloset kan minimal bareng emaknya.

Nah di ujung rute kereta kelinci saya melihat ada satu gedung di istana tersebut yang dari papan namanya adalah perpustakaan. Namun, bisa ditebak, sudah tutup. Ah, sayang.

Begitu saya longok lebih dalam ketika anak-anak di arena bermain gratisan itu, selain tempat shalat, di dalam gedung itu ada ruang untuk pentas-pentas. Mungkin dongeng atau semacamnya. Entah kapan terjadinya karena di anjungan lain sibuk dengan acara 1 Sura nya, istana Anak yang ga punya acara khusus. Ah, sayang (lagi).


Arena bermain itu memang ga semuanya gratis, untuk mandi bola, helikopter, dan mini roller coaster harus bayar lagi. Ga mahal sih, Rp5000,- sajah. Cuma kok rada ga efektif ya, bentar-bentar bayar. Ga bisa apa pasang harga Rp30000,- di tiket masuk, bebas main apa saja? Kecuali berenang.
Anak-anak sih maunya main di situ terus, habis banyak anak-anak lain sih. Terus memang wahana main old schoolnya juga banyak. Lumayan terurus, masih banyak yang bisa dimainkan. Spotnya juga ada beberapa di sekitar Istana Anak ini. Namun, berhubung sewa motor nih, dan ada beberapa lokasi yang mau dikunjungi, agak dibujuk dulu deh mereka supaya segera udahan.

Lokasi selanjutnya, Istana Air Tawar. Pede memegang peta dan petunjuk eeeeeh salah jalan.

TIPS 2: Baca dan lihat peta baik-baik, ada jalanan yang tertutup dengan gambar-gambar gedung. Kalau sudah terlewat, tidak bisa langsung balik kanan. Satu arah cuuuy.

Nah karena satu arah itulah Suami males banget harus memutari TMII lagi. Untuk sekadar pengetahuan TMII ada apa saja sih cukup, saya jadi tahu mau ke lokasi apa jika ke sini lagi suatu hari nanti.

Setelah batal ke Istana Air Tawar terus ke mana? Keong Mas? Ah sudah lewat tayang bioskopnya. Padahal setiap jam ada. Dan kami melewatkan pentas terakhir. Sudah jam 3 sore. Kasir di otak saya memutar harga sewa motor. Haiyah, kudu segera dikembalikan nih motor. Tapi kita mau ke mana? Ya suds kereta gantung. Lagi-lagi hanya bertiga, biar suami bisa kembalikan motor. Toh posisinya di bagian depan TMII tidak begitu jauh dari tugu. Harga kereta gantung Rp40000 per orang dan antrinyaaaaaa .... naudzubillah min dzalik. Pas masuk ga keliatan tuh antrian. Begitu dah di dalam setelah beli tiket, OMG ada berapa kelokan yang harus kami lewati dalam bentuk antrian? Pokoknya lama betul deeeh. Mau undur diri, sayang duitnya hahahah ... ya suds, ke TMII ga naik kereta gantung itu ga afdol. Kereta gantung ini legendaris.


Daaaan akhirnya bisa naik juga. Kereta gantung ini minimal memuat tiga orang, mungkin kalau hari biasa ga dihitung kali ya. Kan buat yang pacaran, masa bertiga sih? (ah, jadi inget kereta gantung di Ancol hiiiy). Anak-anak sih senang. Bisa lihat dari atas penampakan danau berbentuk peta Indonesia. Bisa lihat macam-macam lah dari atas. Tapi ...

TIPS 3: Bumil naik kereta gantung? Hati-hati, bisa menyebabkan pusing.
Padahal saya tidak takut ketinggian loh hehehe ...

Rutenya lumayan panjang, yah ga domplang banget dengan ngantrinya lah. Kondisi kereta juga bagus. Ada spot bening cukup panjang di kedua pintunya, jadi bisa lihat ke bawah langsung. Tidak sebesar spot di kereta gantung Singapura loh ya. Itu mah lumayan bikin ngilu.
Setelah dari kereta gantung, baru deh makan lagi. Di sana yang bertebaran adalah CFC. Anak-anak kelaparan juga, belum makan yang betul dari tadi. Syukur bawa suplai minuman cukup banyak. Sudah kenyang, masih sore di TMII, beberapa wahana sudah mulai tutup. Kami pun memutuskan nongkrong di sekitar Tugu. Nimbrung yang main gelembung sabun atau sekadar menikmati yang sedang main pesawat or layangan. Ga perlu beli-beli. Bokek. Ternyata TMII ini menguras duit banyak juga kalau dadakan kaya gini. Bisa dibilang ga malu-maluin lah peninggalan Ibu Tien ini. Cuma ya itu, di upgrade dong fungsinya. Ga ada bagian kreatifnya apa?


Jelang magrib, kami pun pulang dengan taksi yang banyak ngetem di sana. Akhir kata ....


TIPS 4: Jangan ke TMII saat akhir pekan. Serius. 

Kamis, 15 Januari 2015

KAMYStory: Kehamilan ke-3 di Usia ke-33

Sejak mengetahui hamil lagi, saya sempat sombong. “Hamil lagi? Mau apa lagi, sih (Tuhan)? Hamil sambil kerja, sudah pernah. Hamil di rumah saja, juga sudah pernah.” Rupanya saya lupa bahwa ada sekian banyak kondisi lingkungan bagi ibu-ibu hamil di luar sana, termasuk yang ecek-ecek macam  saya. Hamil sambil mengurus dua anak, di rumah sendiri, sendirian. Yah, kami baru pindah ke Kalibata City 40 hari pascamelahirkan anak ke-2. Jadi, secara teknis, ini adalah kondisi yang baru bagi saya.



Hamilnya rewel. Begitu istilah orang-ora ng. Dua kali hamil, saya memang bisa dikatakan tidak terlalu banyak kendala, beda dengan yang ketiga ini. Entah apakah karena saya sambil momong dua anak atau memang bawaan bayi. Pokoknya ribet, deh.


1.       Stamina Kok Loyo?
Catatan nomor satu saya adalah stamina. Sejak awal belum tahu hamil, tanda-tanda yang ditunjukkan adalah lemas berkepanjangan, pening, dan mulas. Dan ketika kehamilan terkonfirmasi, ketiga subjek tersebut makin menjadi-jadi. Untuk pertama kalinya saya terganggu dengan rasa mual. Biasanya di semester 1 adalah saat bagi saya untuk banyak makan. Beneran. Bagi kebanyakan bumil mungkin semester 1 adalah fase muntah-muntah, saya malah bisa makan menu bufet sebanyak delapan kali.
Nah, yang sekarang juga sih, tapi yang terbesit duluan bukan rasa lapar seperti biasa, melainkan mual. Mual yang jika tidak diberi makan akan lebih merongrong otak sehingga berakibat badan lemas sepanjang hari.  Syukur ga muntah. Dan rasanya apa pun yang masuk ke dalam perut ini, ga cocok juga dengan keinginan sejati. Entah apa itu. Rasanya sih ingin makan buah saja. Tapi setiap kali makan buah, saya jadi sangat kelaparan yang jika diberi menu nasi, rasanya ga enak juga. Serba
salah, lah.



Pada saat mual mulas perih kembung itu, Cuma satu menu yang tidak pernah ditolak perut. Sate Padang. Hei, kapan lagi bisa minta dibeliin sate padang hampir tiap hari?



Tidak hanya soal selera makan, hidung saya pun sensitif. Saya ga bisa cium masakan. Ga bisa cium bawang. Ga bisa cuci piring karena bau. Lah trus gimana dong? Awalnya berprinsip, ga masak? Beli. Eh lama-lama, tiris juga gue. Apalagi karena pusing di rumah, saya lebih senang jalan-jalan ke rumah teman. Bisa dapat udara bebas dan ga perlu masak. Tapi ongkosnya, brur.


Setelah dipikir-pikir bolehlah terkadang memaksakan diri, setidaknya masak buat anak-anak biar jelas asupan gizinya. Jadi ya saya lebih sering masak satu menu habis itu tepar seharian. Pernah juga ga mampu masak sama sekali. Alhamdulillah Allah berikan keringan hati bagi anak-anak. “Amy lagi pusing nih. Kita makan telur rebus pakai kecap ya?” “Asyiiiik!!” atau “Amy lagi pusing nih. Makan spageti pake saus tomat, ya?” “Asyiiiik!!!” Urusan serat saya serahkan pada agar-agar dan buah. Makanya saya malah jarang makan buah, sengaja disimpan untuk anak-anak.



Urusan rumah tangga? Ga usah ditanya deh ya. Rumahku itu kapal pecah di bulan-bulan pertama. Pernah dalam sebulan saya lupa kapan terakhir mengepel rumah ‘segede’ itu. Cucian piring segunung. Setrikaan bergunung-gunung. Tapi yang lucu adalah si suami akhirnya bersedia cuci piring. Jadi selain dia harus menerima fakta tidak ada menu masakan untuk dirinya ketika pulang malam banget itu plus harus jajanin sate padang, paginya dia menambah tugas, cuci piring. Yah, walau awal mintanya harus pakai gaya memelas. Habis, cucian piring makin ga dicuci ya makin bau, ya makin semaput lah saya.



Selain minta bantuan suami, saya juga request khusus ke mama. Minta dibuatkan makanan alias ransum buat seminggu dua minggu. Lumayan lah gizi anak-anak agak mendingan. Tapi Cuma seka li aja kok mintanya. Cuma butuh merasa bebas tugas sejenak.



Untuk urusan setrikaan, akhirnya saya minta tolong orang juga. Saya dulu pernah bercakap-cakap dengan salah satu pengasuh teman anak saya yang notabene tinggal satu tower dengan saya. Rupanya walau tinggal bersama majikannya, dia dapat hari libur di Sabtu dan Minggu. Saya minta deh satu hari untuk melakukan pekerjaan rumah tangga terutama menyetrika di rumah saya. Hasilnya, lumayan deh. Ga mumet juga pikiran lihat baju bergunung-gunung gitu. Setidaknya dalam satu minggu ada satu hari ketika rumah saya rapi.



Oh, ada lagi situasi yang harus saya syukuri. Saya nyaris tidak dapat order untuk koekieku. Mungkin bagi para pebisnis kue lainnya ini agak kemunduran, tapi bagi saya inilah berkahnya. Anggap saja Allah sedang memberi saya waktu untuk istirahat dari segala keluhan stamina ini. Rasanya lagi dimanjain.



Keadaan sedikit membaik di semester kedua. Setidaknya untuk urusan masak dan cuci piring saya mulai kuat. Urusan setrikaan, ya ga papa deh diterusin si bibi, toh terkadang kita harus let it go. Hanya saja saya rupanya ga sepenuhnya kuat. Sekarang saya ada keluhan baru, kontraksi. Perut ini sering banget kontraksi yang emang sakit banget. Biasanya saya ga pernah ngeh lagi kontraksi. Sekarang? Bawa obat antikontraksi ke mana-mana. Terasa banget pas belakangan ini, ketika harus berhadapan dengan dua kali libur panjang banget itu. Bukannya bisa istirahat, tapi malah jalan-jalan melulu. Saya sendiri sampai bingung, kok malah ga dapat ‘me time’ sama sekali? Akhirnya gejala mual, mulas, pusing, dan sebagainya muncul lagi. Rasanya kaya orang ga move on, hehehe. Dengan sangat terpaksa, kayanya ga bakal jalan-jalan dulu deh.





2.       Selamat Tinggal Home Schooling
Ketika teman-teman playgroupnya melanjutkan ke TK, saya memutuskan Malika menunda TK-nya. Berbagai rencana dibuat untuk kegiatan, tapi apa daya. Hanya berlangsung beberapa bulan, setelah itu si Amy banyak menghabiskan waktu rebahan di kasur. Inginnya sih rebahan di depan TV tapi ga punya sofa, jadi pegel banget. Akhirnya anak-anak lebih sering main bebas.



Yah, punya adik ada untung ruginya sih. Terkadang jadi teman lalu sekejap jadi berantem. Terkadang memudahkan, tak jarang menyulitkan. Pokoknya edisi Malika dan Safir ditantang main bersama dalam waktu lama. Amynya hanya kontrol lewat teriakan-teriakan di kamar, kecuali kalau sudah genting alias bergulat barulah amy bangun.



Bagi Malika sendiri, ada saatnya dia asyik main, ada saatnya dia protes. “Kenapa aku harus jaga anak-anak terus. Aku kan masih anak-anak!” begitulah sebagian dari pidato protesnya. Atau ketika dia bosan, “Kapan Malika masuk TK. Kok lama banget?” Atau ketika dia tepok jidat mengetahui ayahnya harus rebahan (juga) pascacabut gigi “Yaaah, amy dan ayah di Tebet aja deh sampai adek bayi keluar. Habis dua –dua orang tuanya harus rebah-rebah.”



Ada masanya saya gatal sekali ingin memasukkan dia ke kursus apa kek biar ada kegiatan, tapi begitu saya tanya-tanya malah ilfil sendiri. Ke kursus calistung kok rasanya belajar banget, ga ada pergaulannya. Ke kelas bermain, main-main gini mah di rumah juga bisa. Ada saja alasannya.


Akhirnya saya buat kegiatan sendiri. Kelas berenang. Dengan guru, abang saya sendiri alias omnya anak-anak. Yah, lumayan deh satu hari ada kegiatan keluar. Walau ga setiap minggu karena kondisi cuaca. Ingin ikut pengajian di masjid KCS, eh waiting list. Ya suds, sementara ini harus puas dengan satu kegiatan. Toh, tenaga saya suka on off gitu kalau mau anter jemput.




3.       Kembali ke Fashion Hamil
Sebenarnya saya bete kembali ke fase ini. Ketika saya akhirnya membuang bra menyusui dan celana hamil yang sudah dipakai hampir lima tahun berturut-turut itu saya senang sekali. Yes, freedom!!!! Bisa pakai baju yang non kancing depan? Liberation!!!! Makanya saya menolak beli baju hamil dkk. Toh keadaan menuntut lain. Lama-lama badan saya tidak nyaman dengan baju atau celana yang dipakai sekarang. Jadi ketika di Tebet menemukan satu bra menyusui lama nyelip di lemari, saya berasa ketemu harta karun. Yes!  Freedom? Yah lebih tepatnya comfort. Barulah setelah itu saya hunting baju dan celana hamil di ol shop.Ga Cuma itu, saya juga harus beli sepatu dan sendal baru pluuuus jilbab baru. Cukup sekali beli, masih perlu beli yang lain hehehe Saya ga tahan juga kudu pilih-pilih baju melulu.




4.       Persiapan Jelang Melahirkan
Sekarang usia kehamilan memasuki bulan ke-6 dan yang sejak awal dipikirkan untuk dipersiapkan adalah anak-anak yang sudah lebih dahulu lahir. Tema besarnya, mendidik mandiri. Kebayang dong, bulan-bulan pertama, bayinya lagi ga jelas jadwalnya, masih pula ngurusin suapin makan. Jadi tema kemandirian diterapkan perlahan-lahan terkadang terpaksa juga. Seperti misalnya mandi sendiri, karena saya ada masa mual dengan bau sabun, saya biarkan kedua anak itu mandi berdua. Malika yang lebih sering bantuin Safir menyabuni bagian belakangnya. Namun karena sebentar lagi Malika lima tahun, saya pun menerapkan batasan baru. Tidak ada lagi mandi bareng cewe dan cowo. Selain karena jadi main sabun berlebihan, ya karena harus belajar menghargai malu. Hasilnya? Yah lumayan deh. Walau kalau ada ayahnya, mereka balik lagi mandi rusuh berdua.



Selain mandi, objek mandiri lainnya adalah anak-anak tidur di kamar anak-anak. Rumah kami hanya dua kamar, dan selama ini anak-anak tidur sama saya di kamar utama, sedangkan ayahnya di kamar yang sejatinya kamar anak. Namun, seiring dengan membesarnya perut, saya mulai kesal dengan keberadaan anak-anak di kasur saya. Bukan hanya soal kasur yang selalu berantakan dan kotor tapi juga kini rasanya saya tidur ditendangi dari berbagai arah. Ya di dalam, ya di luar, ya di kanan, ya di kiri. Ini masih mending ayahnya ga nimbrung. Kalau nimbrung plus kitik-kitik. Halah, get your hands and feet off me!



Namun memindahkan anak-anak ke kamar mereka ga bisa begitu saja. Ada pula yang harus dipersiapkan. Interiornya lebih tepatnya. Jadilah hunting tempat tidur, browsing lemari, banyak deh rencanyanya yang akhirnya ‘Cuma’ mengganti tempat tidur dan exhaust. Malika katanya mau tidur di kamar yang ada AC-nya padahal dia suka kedinginan di kamar saya. Huh



Makan sendiri juga ada persiapan lain. Sedia meja dan kursi kecil. Tapi baru bisa dibeli kalau tempat tidur sudah jadi. Maklumlah, ga ada ruang, jadi harus fix di satu ruang baru bisa tambah barang lain.

Malika sudah mulai saya kenalkan dengan situasi darurat. Kebetulan jelang HPL, orangtua saya di luar negeri, jadi kondisinya agak rentan. Ini bocah mau ditaruh di mana ya? Bagaimana kalau saya pecah ketuban saat suami masih di kantor? Jaraknya saja paling cepat satu jam. Memang sih di rumah orangtua saya ada abang saya, tapi dia kan single. Dititipin dua bocah dalam kondisi adiknya mau melahirkan mah bikin senewen lah. Sedangkan anak-anak bisa jadi ikutan senewen.



Dan karena alasan itulah saya menolak usulan papa untuk pindah ke Tebet. Alasan mereka supaya lebih mudah ditangani jika ada kondisi darurat.  Namun menukar waktu beradaptasi untuk satu dua hari kondisi darurat buat saya ga worthed. Karena saya sendiri bukan orang yang mudah beradaptasi, jadi kemungkinan besar anak-anak saya juga begitu. Belum lagi pengalaman baru pindah dulu. Hadeeeuuuh, parah deh.  Saya lebih memilih mereka (atau salah satu orangtua saya) yang menginap di sini. Toh, mereka juga pusing karena bakal repot adaptasinya. Tuh, kaaan. Yang tua aja repot, apalagi dua bocah galau ini.



Saya pun mulai menyusun skenario. Orang-orang yang saya kenal di pdkt-in untuk menjadi barisan siaga. Tadinya ada satu tetangga yang saya siapkan eh mendadak hamil dia. Haiyah. Ya sudahlah. Harus cari yang lain. Namun karena dia hamil juga kami jadi ada diskusi terkait menggunakan keberadaan satpam yang memang ada di setiap tower. Mencatatat berbagai nomor darurat. Mencari kemungkinan adanya ambulans stand by di Kalibata City. Menjalin hubungan dengan tukang ojek kepercayaan. Semacam itulah. Sebagai back up dan barisan pelindung terutama untuk anak-anak. Agak sulit karena saya ga percayaan sama orang lain.



Yah di atas itu semua, saya sadar manusia hanya bisa berencana Tuhan yang menentukan. Dan sependek pengetahuan saya, ketentuan Tuhan tidak akan memberatkan umatnya melebihi kemampuannya. So I guess all I can do are get prepare and hope for the best. Doakan sayaaaa  :”)