Jumat, 16 Januari 2015

JJS: Ke TMII Saat Akhir Pekan? Jangan deeeh ....

Saat hamil di trimester pertama, saya suka jalan-jalan karena itu artinya bebas tugas dari masak dan tidak ada bau-bau dapur. Makanya saya jadi rajin lobi suami buat pergi ke tujuan yang saya mau. Selera kami berbeda, biasanya suami malas ke tempat yang ramai saat akhir pekan, tapi saya juga ga mampu bawa dua bocah sendirian jalan-jalan ke TMII segede gaban di hari kerja. Toh, tumben lobi saya berhasil.

Hari sudah siang. Naik taksi, saya sudah berpikir untuk pergi ke Istana Air Tawar. Malika saat itu sedang suka hewan-hewan laut, tapi karena Seaworld lagi sengketa, ga bisa ke sana deh kita. Maka, ke Istana Air Tawarlah kami hendak pergi. Masuk TMII, kami disambut poster super gede bertuliskan Wisata Spiritual. Hari itu tepat dengan malam 1 Sura. Melihat jadwal acaranya mungkin lebih tepat disebut Wisata Klenik. Bersandingan dengan itu ada poster acara aktor-aktor India Cari Cewe Indonesia. No comment lah saya.

Taksi tidak perlu bayar tapi ternyata mobil itu hanya diperbolehkan jalan hingga sekitar tugu. Selebihnya? Ya, silahkan atur sendiri. Begitu turun, kami langsung dihampiri seseorang. Rupanya penjaja motor sewaan. Silahkan sewa motor matic seharga Rp50000,- per jam untuk keliling TMII. Kami pikir, wah asyik juga, walau si ayah entah sudah berapa puluh tahun ga pegang motor sendiri, boro-boro kenal matic. Jadilah suami latihan dulu, maklum sekaligus bonceng dua bocah plus ibu hamil. Setelah titip KTP, kami pun melaju dan diberi bekal peta TMII. Malika dan Safir yang paling senang lihat ayahnya memboceng kami semua. Etapi, jeng jeng, jalanan muacete poooooll! Teknik membawa motor jadi diuji di sini, apalagi kami lapar. Dan tiga dari kami kalau lapar itu nyebelin hahahaha ... Awalnya kami mau ke tempat yang direkomen si tu tukang sewa motor eh tapi dengan kemacetan seperti ini? Entah kapan bisa tiba di tujuan. Jadi kami pun memarkirkan motor di seberang anjungan-anjungan Sumatra. Sekadar mengganjal makanan untuk anak-anak, itu pun ngantri. Dan untuk bermacet-macet ria di jarak yang dekat ditambah makan, sudah terlewat 1,5 jam. Wow, Rp50000,- flied so fast!

TIPS 1: Cari makan dulu. Baru sewa motor. Banyak kok motornya. Ga usah takut kehabisan. Itu memang kerjasama dengan pihak TMII-nya.

Saat makan kami memantapkan tujuan. Kayanya yang paling dekat adalah Istana Anak. Baru setelah itu ke Istana Air Tawar. Dan sesuai dengan permainan kesukaan Malika, bertualang, kami naik motor sambil membuka peta. Apalagi itu motor lebih sering diseret ketimbang dilaju hehehe ....

Sampai juga di Istana Anak. Lokasi tempat foto prewed-nya Uya Kuya ini sempat berjaya di masanya. Saya rasanya belum pernah ke sana. Dengan harga tiket Rp10000,- per orang kami pun masuk. Istana Anak memiliki pelataran yang cukup luas. Di sebelah kanan ada semacam terowongan berbentuk barong dengan ukiran batu bergambar dinosaurus yang kemudian akan terhubung dengan  terowongan besi-besi. Di sebelah kiri ada arena bermain. Di depan pintu istana sudah berdiri badut-badut untuk keperluan foto. Sayangnya, jenis badutnya ga update. Masih kalah dengan yang banyak berkeliaran di Monas.


Ternyata untuk masuk ke dalam istana bukan lewat tengah tapi dari belakang. Jadi kami menembus istana untuk melihat sebagian dari air terjun di kolam renang dan ruang terbuka. Setelah naik tangga, kami ketemu lagi open space di bagian atap. Saya pikir ini istana bisa dimasuki, mungkin sejenis museum lucu-lucu. Cerita tentang princess-princess dari seluruh dunia kek atau para dewi-dewi ala Indonesia. Jadi ga bangunan kopong macam rumah contoh.


Setelah foto-foto, Malika sudah ga sabar ingin ke arena bermain. Sebenarnya sih ya, saya rada malas ke arena bermain itu. Untuk permainan standar macam ayunan, jungkat jungkit, atau panjat-panjatan sih memang tidak bayar, tapi masak jauh-jauh ke TMII buat main beginian saja? Kami tawarkan coba naik kereta Kelinci. Yah lebih murah dari naik kereta di mal tentu saja, hanya Rp10000,- per orang. Suami ga ikutan naik, biar dia jadi juru potret aja. Saya, Malika, dan Safir yang naik. Ga harus menunggu lama sih. Rutenya? Hmmm ada yang aneh dengan rutenya. Tetep ya bawaannya mau kritik. I mean, ga interaktif sama sekali. Okelah melihat pemandangan, tapi masalahnya kebanyakan pemandangan adalah bagian belakang bangunan, jadi rasanya gimanaaa gitu. Anjungan utuh yang dilewati paling juga Timor Timur itu pun sudah prihatin karena bukan bagian dari Indonesia lagi. Lalu ada semacam terowongan kereta dari tanah yang tidak terpakai. Lalu, hanya ada lagu anak-anak yang membahana, pake tour guide kek. Tapi mau jelasin apa ya? Asal usul kloset yang sudah tidak dipakai lagi di gedung sebelah sana itu? Ah, padahal rutenya lumayan panjang.

Bicara soal kloset, ya ampyuun klosetnya tini mini biti banget yak. Emang sih istana anak-anak tapi kalo urusan ke kloset kan minimal bareng emaknya.

Nah di ujung rute kereta kelinci saya melihat ada satu gedung di istana tersebut yang dari papan namanya adalah perpustakaan. Namun, bisa ditebak, sudah tutup. Ah, sayang.

Begitu saya longok lebih dalam ketika anak-anak di arena bermain gratisan itu, selain tempat shalat, di dalam gedung itu ada ruang untuk pentas-pentas. Mungkin dongeng atau semacamnya. Entah kapan terjadinya karena di anjungan lain sibuk dengan acara 1 Sura nya, istana Anak yang ga punya acara khusus. Ah, sayang (lagi).


Arena bermain itu memang ga semuanya gratis, untuk mandi bola, helikopter, dan mini roller coaster harus bayar lagi. Ga mahal sih, Rp5000,- sajah. Cuma kok rada ga efektif ya, bentar-bentar bayar. Ga bisa apa pasang harga Rp30000,- di tiket masuk, bebas main apa saja? Kecuali berenang.
Anak-anak sih maunya main di situ terus, habis banyak anak-anak lain sih. Terus memang wahana main old schoolnya juga banyak. Lumayan terurus, masih banyak yang bisa dimainkan. Spotnya juga ada beberapa di sekitar Istana Anak ini. Namun, berhubung sewa motor nih, dan ada beberapa lokasi yang mau dikunjungi, agak dibujuk dulu deh mereka supaya segera udahan.

Lokasi selanjutnya, Istana Air Tawar. Pede memegang peta dan petunjuk eeeeeh salah jalan.

TIPS 2: Baca dan lihat peta baik-baik, ada jalanan yang tertutup dengan gambar-gambar gedung. Kalau sudah terlewat, tidak bisa langsung balik kanan. Satu arah cuuuy.

Nah karena satu arah itulah Suami males banget harus memutari TMII lagi. Untuk sekadar pengetahuan TMII ada apa saja sih cukup, saya jadi tahu mau ke lokasi apa jika ke sini lagi suatu hari nanti.

Setelah batal ke Istana Air Tawar terus ke mana? Keong Mas? Ah sudah lewat tayang bioskopnya. Padahal setiap jam ada. Dan kami melewatkan pentas terakhir. Sudah jam 3 sore. Kasir di otak saya memutar harga sewa motor. Haiyah, kudu segera dikembalikan nih motor. Tapi kita mau ke mana? Ya suds kereta gantung. Lagi-lagi hanya bertiga, biar suami bisa kembalikan motor. Toh posisinya di bagian depan TMII tidak begitu jauh dari tugu. Harga kereta gantung Rp40000 per orang dan antrinyaaaaaa .... naudzubillah min dzalik. Pas masuk ga keliatan tuh antrian. Begitu dah di dalam setelah beli tiket, OMG ada berapa kelokan yang harus kami lewati dalam bentuk antrian? Pokoknya lama betul deeeh. Mau undur diri, sayang duitnya hahahah ... ya suds, ke TMII ga naik kereta gantung itu ga afdol. Kereta gantung ini legendaris.


Daaaan akhirnya bisa naik juga. Kereta gantung ini minimal memuat tiga orang, mungkin kalau hari biasa ga dihitung kali ya. Kan buat yang pacaran, masa bertiga sih? (ah, jadi inget kereta gantung di Ancol hiiiy). Anak-anak sih senang. Bisa lihat dari atas penampakan danau berbentuk peta Indonesia. Bisa lihat macam-macam lah dari atas. Tapi ...

TIPS 3: Bumil naik kereta gantung? Hati-hati, bisa menyebabkan pusing.
Padahal saya tidak takut ketinggian loh hehehe ...

Rutenya lumayan panjang, yah ga domplang banget dengan ngantrinya lah. Kondisi kereta juga bagus. Ada spot bening cukup panjang di kedua pintunya, jadi bisa lihat ke bawah langsung. Tidak sebesar spot di kereta gantung Singapura loh ya. Itu mah lumayan bikin ngilu.
Setelah dari kereta gantung, baru deh makan lagi. Di sana yang bertebaran adalah CFC. Anak-anak kelaparan juga, belum makan yang betul dari tadi. Syukur bawa suplai minuman cukup banyak. Sudah kenyang, masih sore di TMII, beberapa wahana sudah mulai tutup. Kami pun memutuskan nongkrong di sekitar Tugu. Nimbrung yang main gelembung sabun atau sekadar menikmati yang sedang main pesawat or layangan. Ga perlu beli-beli. Bokek. Ternyata TMII ini menguras duit banyak juga kalau dadakan kaya gini. Bisa dibilang ga malu-maluin lah peninggalan Ibu Tien ini. Cuma ya itu, di upgrade dong fungsinya. Ga ada bagian kreatifnya apa?


Jelang magrib, kami pun pulang dengan taksi yang banyak ngetem di sana. Akhir kata ....


TIPS 4: Jangan ke TMII saat akhir pekan. Serius. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar